Jumat, 27 Mei 2016

Janda Lesbi


Sejujurnya aku malu menceritakan cerita dewasa ini, sebuah kisah nyata hubungan sesama jenis (lesbian)
yang sampai sekarang masih sering kulakukan. Namun karena dorongan untuk melepas beban dihati,
kuberanikan diri untuk menceritakan kisah lesbianku disitus ini… Sebelumnya perkenalkan pembaca, aku
adalah seorang ibu rumah tangga dengan status janda. Kehidupanku cukup baik, karena peninggalan deposito
dari suami dan kadang2 ada bisnis jual beli perhiasan dengan teman. Anak aku ada 2 orang dan mereka
semua sekolah di Jogya, karena dekat dengan kakek neneknya. Dirumah aku cuma ditemani oleh Surti
(pembantu) dan Remi, anjing herder peninggalan suami juga.

Suatu hari teman jual beli perhiasan aku yang bernama Tina datang kerumah. Teman bisnis aku banyak,
dengan Tina aku baru kenal kira2 1 bulan yang lalu. Usia wanita itu sama dengan aku dan punya anak satu,
wajahnya cukup cantik ditambah dengan make up yang pandai, dan Tina tahu cara merawat tubuh dengan baik,
aku mendengar dari teman2 bahwa dia sangat pandai dalam berbisnis perhiasan, apalagi ditambah
kepandaiannya berbicara merayu pembeli. Tina datang kerumahku hari itu untuk menitipkan perhiasan yang
hendak dijual, biasanya kami suka bertemu direstoran padang langganannya, tumben hari ini dia datang
mengunjungiku.

“Halooo Rin…….apa khabar nih???” aku tersenyum senang sambil membalas salam Tina.”Tumben, kok bisa
nyasar kesini Tin?””Kangen aku tidak ketemu kamu 2 minggu””Ahhhh….bisa aja….ayo masuk, maaf ya rumah aku
berantakan dan kecil” aku mempersilahkan Tina masuk keruang tamu.”Ah rumah kamu bagus kok, dilingkungan
elite lagi” Komentar Tina sambil duduk disofa.”Seperti yg tadi kukatakan di telepon, aku ingin
menitipkan perhiasan ini untuk kamu jualin, soalnya lusa aku akan keluar kota dengan suamiku” Kulihat
Tina mengeluarkan kantong beludru hitam dari dalam tasnya.”Lebih baik dikamar saja Tin, soalnya si Surti
ada di dapur” Ajak aku. aku selalu berhati2 dalam berbisnis di bidang ini.

Tina mengikuti masuk kekamar aku. Lalu kami duduk diatas ranjang dan Tina mengeluarkan semua isi kantung
beludru itu. Perhiasan bertahtakan berlian terpampang diatas ranjang, berkilauan. aku kuatir juga
melihat perhiasan banyak begitu, aku mengambil salah satu kalung yang paling indah.

“Waah indah sekali kalung ini” Kataku, lalu aku mencoba memasangnya dileherku.”Sini aku bantu” Tina
beranjak kebelakangku, lalu tangannya berusaha mengaitkan kunci kalung itu.”Leher kamu bagus sekali Rin”
Ujar Tina, kurasakan leherku dibelainya, bulu romaku jadi berdiri, perasaanku jadi nggak enak. Lalu
tangan Tina membelai pipiku, sementara tangannya yang lain menelusuri leherku terus merayap menuju
dadaku.

“Tin….jangan gitu ah…..aku jadi geli nih” Tapi Tina tidak menjawab. Tiba2 aku merasakan pipi kiriku
panas, aku menoleh, belum sempat aku sadar apa yang membuat panas pipiku, bibir Tina sudah menyambar
bibirku. Aku gelagapan dan aku berontak berusaha menghindar, tapi Tina seperti kesetanan, ia terus
menekan mulutnya ke mulutku. Dan kurasakan buah dadaku diremas olehnya. Aku benar2 terkejut sekali
dengan perlakuan seperti itu, aku mencoba mendorongnya, tapi tubuhnya sudah menindih tubuhku. Aku
menendang dan Tina melepaskan pelukannya. Aku berusaha membetulkan letak buah dadaku yang tadi sampai
keluar dari BH. Tina memandangku dengan mata yang redup.

“Sori Rin…..sejak kenal denganmu aku merasa kamu sangat merangsang sekali” Aku terdiam sambil menahan
amarah.”Kok kamu gitu sih? Kan kamu sudah punya suami??? Teganya kamu….” Sergahku sambil memelototinya.
Tina memandangku dengan pandangan yang makin redup.”Aku lebih bernafsu dengan wanita sepertimu, lagi
pula suamiku tidak pernah bisa memuaskanku, belum apa2 sudah loyo sehingga selama perkawinan aku belum
pernah merasakan kepuasan””Tapi dengan modal kecantikanmu kan kamu bisa cari laki2 lain utk
memuaskanmu!””Aku tidak merasakan kenikmatan seperti kalau dengan wanita, aku ingin kamu juga mencoba
merasakannya Rin” Jawab Tina sambil mendekatiku.

Aku beringsut mundur kekepala ranjang.”Tapi aku tidak pernah lesbian begitu” Hatiku berdebar2
memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi bila Tina menyergapku seperti tadi.”Jangan takut Rin, aku
tidak akan memaksamu, cuma aku ingin kamu mengijinkanku menciummu sekali saja, tolonglah…..” Hatiku
makin tak keruan, sudah lama sekali aku tidak pernah dijamah oleh laki2 apalagi perempuan. Mendengar
kata cium saja, aku sudah merasa tidak keruan. Lagi pula apa salahnya dicium Tina, apalagi mulutnya
tidak bau. Aku tahu hati kecilku bersikap pasrah.”Baiklah…..tapi sekali saja, dan jangan macam2 ya”
Jawabku.

Tina lalu mendekatiku lalu tangannya merangkul leherku, lalu bibirnya mencium mulutku dengan lembut,
perasaanku tak keruan merasakan ciuman itu, aku memberanikan diri membalas ciumanya. Lalu kurasakan
lidah Tina menjalar masuk kedalam mulutku mencari2 lidahku. Yang kurasakan kemudian adalah perasaan aneh
dan gamang yang tidak dapat dilukiskan. Kurasakan hembusan napas Tina yang panas dipipiku dan lumatan
mulutnya yang begitu merangsang birahi.

Hampir 3 menit kami berciuman dan aku tahu kemaluanku sudah basah karena nafsu. Sekarang aku benar2
pasrah waktu Tina menjilati leherku dengan lembut, tangannya melepaskan tali daster dipundakku, lalu
dengan lembut buah dadaku yang masih tertuutp bh diremas2.”Tiin…..jangan ah….malu Tin” Aku berusaha
mencegah setengah hati. Dan Tina tahu aku tidak benar2 ingin menghentikan aktivitasnya.Aku merasakan
tangan kirinya masuk kedalam celana dalamku, dan jari2nya memainkan klitorisku, kadang2 dicubit2 kecil,
benar2 sensasi yang hebat sekali.

Tanpa kusadari aku juga sedang meremas2 pantat Tina. Tubuhnya menindih tubuhku dan kurasakan buah
dadanya yang berukuran sedang menekan buah dadaku yang memang dari dulu tergolong besar. Tiba2 aku baru
sadar Tina sudah setengah telanjang, cuma memakai cd saja, sedangkan aku benar2 bugil total. Tubuh Tina
berbau harum, entah parfum apa yang dipakainya, tapi wangi tubuhnya menambah getaran berahiku.

Tanganku menjalar melepaskan celana dalamnya, lalu kulihat sekilas kemaluannya berkilat tanpa sehelai
bulu, rupanya bulunya dicukur rutin. Jari2ku masuk kedalam lubang kemaluannya lalu kutusuk2 dengan
lembut. Tina merintih keenakan, tangannya makin dalam beroperasi dilubang kemaluanku. Aku juga merintih
keenakan. Aku tidak tahu ternyata wanita dengan wanita dapat saling memuaskan dalam urusan sex.

Sekarang Tina sedang menghisap puting buah dadaku, sementara tangannya yang lain terus bermain di
klitorisku. Aku merasakan Tina mulai menciumi perutku, lalu memainkan lidahnya di pusarku, aku kegelian,
tak lama kemudian lidahnya sudah menjilati kemaluanku.”Tin jangan disitu ah……kan jorok” Bisikku sambil
berusaha mendorong kepalanya. Tapi Tina malah makin merenggangkan pahaku dan klitorisku dhisap2 olehnya,
kadang2 lidahnya masuk keluar dalam lubang kemaluanku.

Aku sudah tak dapat berpikir sehat lagi, yang kurasakan cuma kenikmatan yang tiada taranya. Tahu2
didepan wajahku sudah ada kemaluan Tina, kedua lututnya ada dikiri kanan kepalaku. Tina tidak menurunkan
pinggulnya, jadi aku dapat dengan jelas melihat kemaluanya yang botak. Bibir kemaluannya berwarna merah
kehitaman dan kulihat klitorisnya cukup besar menonjol bertengger diatas bibir kemaluannya.

Aku menyibak bibir kemaluan Tina, dan kulihat kemaluannya basah sekali oleh lendir yang bening, aku lalu
menusuk2 kemaluan itu dengan telunjuk, jari tengah dan jari manisku, kadang2 dengan kelingking juga.
Lubang kemaluan Tina sudah agak kendur, mungkin punyaku juga sama. Aku ragu2 mejilat kemaluannya,
soalnya aku belum pernah menjilat kemaluan sesama wanita. Tina terus mengeluar masukkan lidahnya
dilubang kemaluanku, aku sudah tak tahan lagi.

“Tin….aku hendak keluarrrr…..” Tubuhku bergetar hebat, kurasakan lidah Tina masuk makin dalam kedalam
kemaluanku, dan aku merasakan orgasme yang hebat sekali. Sepertinya ini yang paling enak semenjak aku
menikah. Tina masih terus menjilati lendirku, aku juga tak perduli lagi, kuraih pinggul Tina lalu
ketarik sampai wajahku terbenam disela2 pahanya. Tercium bau yang sama dengan bau kemaluanku. Kujilat2
klitorisnya lalu kumasukkan juga lidahku kedalam lubang kemaluannya, kurasakan lendir asin masuk kedalam
mulutku. Aku tidak perduli lagi. Lalu kurasakan ada yang geli di lubang pantatku.

“Aduh Tin jangan disitu dong…..jorok kan?” Kurasakan lubang pantatku berkerut ketika lidah Tina berusaha
menerobos masuk. Kemudian aku tak perduli juga, karena aku merasakan kenikmatan yang sama, aku juga
melakukan hal yang sama dengan Tina.

Kutusuk2 lubang pantatnya dengan lidahku, lubang yang kehitam2an itu jadi becek oleh air liurku dan
lendir kemaluannya. Tiba2 Tina seperti tersentak lalu beku…….mulutnya mengeluarkan jeritan kecil, lalu
kurasakan ia menekan lubang memiawnya makin dalam kewajahku dan menggoyang2kan pinggulnya sehingga
hampir seluruh wajahku tersapu oleh kemaluannya.

“Aduuuuh riiin…..enak sekaliii….” Ia memeluk erat2 pinggulku, klitorisku digigit2 kecil olehnya. Tak
lama kemudian tubuhnya melemas lalu betul2 lemas sehingga aku tidak bisa bernapas karena tekanan
kemaluannya diwajahku. Keringatnya bergulir turun masuk kedalam mulutku. Aku juga benar2 puas sekali.

Kemudian Tina bangun lalu mencium mulutku, kami kembali bergelut sambil mendesah2. Tina menempelkan
kemaluannya pada kemaluanku, lalu menggosok2nya. Kira2 15 menit kami berciuman sambil berpelukan erat
sampai aku tak merasa kalau aku tertidur.
Entah berapa lama aku tertidur, samar2 aku seperti mendengar suara Remi. Aku membuka mataku dan……
astaga!!! Kulihat Tina sedang bergelut dengan Remi dilantai kamarku yang beralaskan karpet biru.

Kulihat Tina sedang menjilat2 kemaluan Remi yang sudah keluar dan berwarna merah sekali. Mulut Tina
berlumuran cairan yang keluar terus dari kemaluan anjing itu, dan anjing itu bersuara kecil sepertinya
keenakan kemaluannya dihisap oleh Tina. Kemaluan Remi cukup besar, mungkin karena anjing herder dan
cairan seperti lendir itu terus keluar menetes netes, dan Tina mencerucup cairan itu……

“Tin!! Gila kamu……kok sama Remi sih???” Aku memberondong Tina. Tapi lagi2 Tina tidak menjawab, yang
kulihat kemudian ia berusaha menuntun kemaluan Remi memasuki kemaluannya.

Dan Kudengar rintihan Tina ketika kemaluan yang cukup besar itu masuk kedalam lubang kemaluannya.
Kulihat Remi menggerakkan bokongnya dengan amat cepat, lalu tidak berapa lama kemudian terdengar Remi
mendeking halus lalu dari sela2 kemaluan Tina kulihat cairan merembes keluar banyak sekali, seperti air
kencing tapi juga seperti lendir yang encer. Kulihat Tina mengerang2 lalu tangannya meraih kemaluan Remi
dan dimasuk keluarkan sendiri olehnya.

Melihat pemadangan itu tubuhku kembali bergidik, ada perasaan aneh merayap kedalam jiwaku. Aku tahu
bahwa aku terangsang oleh aksi Tina. Tanpa sadar aku juga turun kelantai dan kepalaku mengarah menuju
selangkangan Tina. Kulihat dari dekat kemaluan Remi masih digerak2an Tina keluar masuk dalam
kemaluannya, dan dari kemaluan hewan itu masih terus menetes lendir, sedangkan kemaluan Tina kulihat
sudah merah sekali, juga kulihat lendir Remi memenuhi kemaluan Tina.

“Rin….dijilat Rin….tolonglah Rin” Rintihan Tina makin merangsang nafsuku. Seperti ada yang mendorong,
kepalaku segera menyusup keselangkangan Tina. Pelan2 kujilat kemaluan Tina yang sangat banjir itu. Aku
merasa cairan kemaluan Remi terasa asin sekali, tapi baunya tidak menyengat. Seperti kesetanan aku
menghirup dan mencelucupi kemaluan Tina. Persis seperti Remi jika sedang minum air. Lidahku menguak
bibir kemaluan Tina, lalu masuk menjelajahi seluruh dinding vaginanya.

“Riiiiiiinnnnnn……….” Tina merengek hebat,pinggulnya terangkat menekan mulutku. Aku tak perduli lagi.
Kemudian aku berpindah menghisap kemaluan Remi, kumasukkan seluruh kemaluannya kedalam mulutku. Penis
Remi terasa panas dalam mulutku dan aku mencium bau hewan itu, tapi pikiranku sudah gelap yang ada hanya
nafsu yang selama ini terkubur dalam2 dan kini meledak tak terbendung.Aku tahu aku bakalan menyesali
perbuatanku setelah ini.

Aku terus menjilat dan mengulum penis Remi. Anjing itu mendeking2 pelan, kadang2 berusaha menghindar,
tapi Tina memegang kedua kakinya dengan erat. Tak lama kemudian dari penis Remi menyembur cairan panas
kedalam mulutku. Kumasukkan seluruh penis Remi lalu kusedot2, anjing itu mencoba memberontak, entah
kenikmatan atau kegelian. Tina memajukan wajahnya lalu kami saling berciuman, kukeluarkan sebagian
cairan Remi kedalam mulutnya. Wajah kami sudah basah oleh cairan encer itu.

Sekarang aku berbaring dibawah Remi, kemudian Tina mulai menghisap kemaluan Remi agar nafsu Remi
kembali. Setelah itu Tina mencoba memasukkan penis Remi kedalam vaginaku. Ternyata penis itu kebesaran
untuk lubang vaginaku. Mungkin lubang vaginaku menciut sepeninggal suamiku yang meninggal 4 tahun yang
lalu. Kepala penis Remi yang meruncing itu masuk sedikit, tiba2 Remi mendorong keras sambil menusuk2
cepat sekali.

Aku merasa agak perih, tapi kemudian kurasakan kenikmatan yang tak terbayangkan, lubang vaginaku seperti
ditusuk oleh mesin penggerak yang amat cepat. Aku tak tahu bagaimana melukiskannya sampai aku mencapai
orgasme yang sangat hebat. Seluruh rambut ditubuhku seperti berdiri tegak membuatku merinding. Tak lama
kemudian aku merasakan cairan panas menyemprot dalam vaginaku, aku berusaha mengeluarkan penis Remi,
tapi hewan itu seperti tak perduli, aku pasrah membiarkan seluruh cairannya keluar dalam vaginaku.

Kemudian Tina menyuruhku jongkok diatas wajahnya. Tina melumat vaginaku dengan penuh nafsu, kulihat dari
vaginaku mengalir cairan Remi yang tersisa, mengalir seperti air kencing masuk dalam mulut Tina. Akupun
tidak mau ketinggalan, kulumat juga vagina Tina yang sekarang sudah agak lembab dan lengket.

Minggu, 22 Mei 2016

GODAAN JANDA PANAS




Namaku Yudha, sungguh pengalamanku kali ini sangat konyol sekali dan sangat tak pernah aku
duga dan aku rencanakan. Semua seakan terjadi karena waktu yang tepat dan mungkin karena
keberuntungan yang berpihak kepadaku karena banyak yang mengejarnya namun tak ada satupun
yang diterimanya. Sebut saja namnya Cindy. Janda kembang sebelah rumah yang sangat
menggoda. Tubuhnya sangat seksi sekali, payudaranya montok, pantatnya yang bahenol,
dCindymbah dengan wajahnya yang sangat menggairahkan membuat orang-orang dikomplek tempat
tinggalku selalu mengejar-ngejar cintanya. Namun sayang dari semua yang mengejarnya tidak
ada yang bisa mendapatkannya.

Karena umurku yang masih muda, aku memanggilnya tante Cindy. Memang tante Cindy ini jika
dirumah dia selalu berpakaian sangat menarik. Dengan kaos strit dan rok pendek membuat
semua mata lelaki melihatnya. Meski sudah mempunyai satu anak, tubuh tante Cindy masih
sangat bahenol dan terawatt dengan kulitnya yang putih bersih. Tante Cindy mempunyai usaha
warung kecil-kecilan dan menyediakan kopi juga. Sehingga setiap malam warungnya selalu
dipenuhi oleh orang-orang tua yang betah memandangi tubuh seksi tante Cindy itu. Kalau aku
pas beli rokok diwarung tante Cindy, aku pun juga melirik tubuh bahenol tante Cindy,
sungguh menggoda sekali.
Hingga akhirnya suatu malam hujan turun sangat lebat sekali. Aku saat itu sedang santai
dikamar sambil dengerin music dan bermain game, teman game ku hanyalah rokok. Ketika aku
mengambil bungkus rokokku, ternyata isi rokokku sudah habis lalu dengan cepat aku melihat
jam. Dan waktu itu waktu menunjukkan jam 9 malam hujanpun sudah mukai reda, segera aku
mengambil uang dan segera berlari menuju ke warung tante Cindy. Setelah sampai diwrung
tante Cindy, terlihat warungnya sangat sepi sekali gak seperti biasanya yang sangat ramai
dengan pembeli. Mungkin karena hujan tadi jadi para mata keranjang yang biasa nongkrong di
warung Cindy pada males keluar. Dan aku panggil-panggil tante Cindy.
“Tante.., Tante.., Dik Krisna.., Dik Krisna”, lho kok kosong, warung ditinggal sepi
seperti ini, kali saja lupa nutup warung.
Ah kucoba panggil sekali lagi, “Permisi.., Tante Cindy?”.
“Oh ya.., tungguu”, Ada suara dari dalam. Wah jadi deh beli rokok akhirnya.

Yang keluar ternyata Tante Cindy, hanya menggunakan handuk yang dililitkan di dada, jalan
tergesa-gesa ke warung sambil mengucek-ngucek rambutnya yang kelihatannya baru selesai
mandi juga habis keramas.

“Oh.., maaf Tante, Saya mau mengganggu nich.., Saya mo beli rokok gudang garam inter, lho
Dik Krisna mana?
“O.., Krisna sedang dibawa ama kakeknya.., katanya kangen ama cucu.., maaf ya Mas Yudha
Tante pake’ pakaian kayak gini.. baru habis mandi sich”.

“Tidak apa-apa kok Tante, sekilas mataku melihat badan yang lain yang tidak terbungkus
handuk.., putih mulus, seperti masih gadis-gadis, baru kali ini aku lihat sebagian besar
tubuh Tante Cindy, soalnya biasanya Tante Cindy selalu pakai baju kebaya. Dan lagi aku
baru sadar dengan hanya handuk yang dililitkan di atas dadanya berarti Tante Cindy tidak
memakai BH. Pikiran kotorku mulai kumat.

“Malam gini kok belum tutup Tante..??”
“Iya Mas Yudha, ini juga Tante mau tutup, tapi mo pakek pakaian dulu?
“Oh biar Saya bantu ya Tante, sementara Tante berpakaian”, kataku. Masuklah aku ke dalam
warung, lalu menutup warung dengan rangkaian papan-papan.

“Wah ngerepoti Mas Yudha kata Tante Cindy.., sini biar Tante ikut bantu juga”. Warung
sudah tertutup, kini aku pulang lewat belakang saja.
“Trimakasih lho Mas Yudha..?”.
“Sama-sama..”kataku.
“Tante saya lewat belakang saja”.Cerita Sex Terbaru



Saat aku dan Tante Cindy berpapasan di jalan antara rak-rak dagangan, badanku menubruk
tante, tanpa diduga handuk penutup yang ujung handuk dilepit di dadanya terlepas, dan
Tante Cindy terlihat hanya mengenakan celana dalam merah muda saja. Tante Cindy menjerit
sambil secara reflek memelukku.
“Mas Yudha.., tolong ambil handuk yang jatuh terus lilitkan di badan Tante”, kata tante
dengan muka merah padam. Aku jongkok mengambil handuk tante yang jatuh, saat tanganku
mengambil handuk, kini di depanku persis ada pemandangan yang sangat indah, celana dalam
merah muda, dengan background hCindym rambut-rambut halus di sekCindyr vaginanya yang
tercium harum. Kemudian aku cepat-cepat berdiri sambil membalut tubuh tante dengan handuk
yang jatuh tadi. Tapi ketika aku mau melilitkan handuk tanpa kusadari Penisku yang sudah
bangun sejak tadi menyentuh tante.
“Mas Yudha.., Penisnya bangun ya..?”.
“Iya Tante.., ah jadi malu Saya.., habis Saya lihat Tante seperti ini mana harum lagi,
jadi nafsu Saya Tante..”.
“Ah tidak apa-apa kok Mas Yudha itu wajar..”.
“Eh ngomong-ngomong Mas Yudha kapan mo nikah..?”.
“Ah belum terpikir Tante..”.
“Yah.., kalau mau nikah harus siap lahir batin lho.., jangan kayak mantan suami Tante..,
tidak bertanggung jawab kepada keluarga.., nah akibatnya sekarang Tante harus bersetatus
janda. Gini tidak enaknya jadi janda, malu.., tapi ada yang lebih menyiksa Mas Yudha..
kebutuhan batin..”.
“Oh ya Tante.., terus gimana caranya Tante memenuhi kebutuhan itu..”, tanyaku usil.

“Yah.., Tante tahan-tahan saja..”.
Kasihan.., batinku.., andaikan.., andaikan.., aku diijinkan biar memenuhi kebutuhan batin
Tante Cindy.., ough.., pikiranku tambah usil.
Waktu itu bentuk sarungku sudah berubah, agak kembung, rupanya tante juga memperhatikan.
“Mas Yudha Penisnya masih bangun ya..?”.
Aku cuma megangguk saja, terus sangat di luar dugaanku, tiba-tiba Tante Cindy meraba
Penisku.
“Wow besar juga Penismu, Mas Yudha.., Penisnya sudah pernah ketemu sarangnya belom..?”.
“Belum..!!”, jawabku bohong sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan
yang sudah lama tidak pernah kurasakan.

“Mas.., boleh dong Tante ngeliatin Penismu bentarr saja..?”, belum sempat aku menjawab,
Tante Cindy sudah menarik sarungku, praktis tinggal celana dalamku yang tertinggal plus
kaos oblong.
“Oh.., sampe’ keluar gini Mas..?”.
“Iya emang kalau Penisku lagi bangun panjangnya suka melewati celana dalam, Aku sendiri
tidak tahu persis berapa panjang Penisku..?”, kataku sambil terus menikmati kocokan tangan
Tante Cindy.
“Wah.., Tante yakin, yang nanti jadi istri Mas Yudha pasti bakal seneng dapet suami kaya
Mas Yudha..”, kata tante sambil terus mengocok Penisku. Oughh.., nikmat sekali dikocok
tante dengan tangannya yang halus kecil putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat,
tanpa aku tahu, Tante Cindy sudah melepaskan lagi handuk yang kulilitkan tadi, itu aku
tahu karena Penisku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang tidak
terlalu besar itu.
“Ough.., Tante.., nikmat Tante.., ough..”, desahku sambil bersandar memegangi dinding rak
dagangan, kali ini tante memasukkan Penisku ke bibirnya yang kecil, dengan buasnya dia
keluar-masukkan Penisku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot.., ough.., seperti terbang
rasanya. Kadang-kadang juga dia sedot habis buah salak yang dua itu.., ough.., sesshh.

Aku kaget, tiba-tiba tante menghentikan kegiatannya, dia pegangi Penisku sambil berjalan
ke meja dagangan yang agak ke sudut, Tante Cindy naik sambil nungging di atas meja
membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini.

“Mas Yudha.., berbuatlah sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.

Tanpa basa-basi lagi aku tarik celana dalamnya selutut.., woow.., pemandangan begini
indah, vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu banyak. Aku jadi tidak percaya kalau
Tante Cindy sudah punya anak, aku langsung saja mejilat vaginanya, harum, dan ada lendir
asin yang begitu banyak keluar dari vaginanya. Aku lahap rakus vagina tante, aku mainkan
lidahku di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang vaginanya.
“Ough Mas.., ough..”, desah tante sambil memegangi susunya sendiri.
“Terus Mas.., Maas..”, aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu aku masukkan lidahku
ke dalam vaginanya, ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.
Kemudian Tante Cindy membalikkan badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk
ke atas.

“Ayo Mas Yudha.., Tante sudah tidak tahan.., mana Penismu Mas.. Penismu sudah pengin ke
sarangnya.., wowww.., Mas Yudha.., Penis Mas Yudha kalau bangun dongak ke atas ya..?”. Aku
hampir tidak dengar komentar Tante Cindy soal Penisku, aku melihat pemandangan demikian
menantang, vagina dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian
terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan Penisku dibibir vaginanya.

“Aughh..”, teriak tante.
“Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.
“Udahlah Mas.., teruskan.., teruskan..”, aku masukkan kepala Penisku di vaginanya, sempit
sekali.
“Tante.., sempit sekali Tante.?”.
“Tidak apa-apa Mas.., terus saja.., soalnya sudah lama sich Tante tidak ginian.., ntar
juga nikmat..”.
Yah.., aku paksakan sedikit demi sedikit.., baru setengah dari Penisku amblas.., Tante
Cindy sudah seperti cacing kepanasan gelepar ke sana ke mari.
“Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..”.Cerita Sex Terbaru

Begitu juga aku.., walaupun Penisku masuk ke vaginanya cuma setengah, tapi sedotannya
oughh luar biasa.., nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Kali ini Penisku
sudah amblas dimakan vagina Tante Cindy. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante
Cindy. Tiba-tiba tante terduduk sambil memelukku, mencakarku.

“Oughh Mas.., ough.., luar biasa.., oughh.., Mas Yudha..”, katanya sambil merem-melek.
“Kayaknya ini yang namanya orgasme.., ough..”, Penisku tetap di vagina Tante Cindy.
“Mas Yudha sudah mau keluar ya..?”. Aku menggeleng. Kemudian Tante Cindy telentang
kembali, aku seperti kesetanan menggerakkan badaku maju mundur, aku melirik susunya yang
bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk dan kucium putingnya yang coklat kemerahan.
Tante Cindy semakin mendesah, “Ough.., Mas..”, tiba-tiba Tante Cindy memelukku sedikit
agak mencakar punggungku.

“Oughh Mas.., aku keluar lagi..”, kemudian dari kewanitaannya aku rasakan semakin licin
dan semakin besar, tapi denyutannya semakin terasa, aku dibuat terbang rasanya. Ach
rasanya aku sudah mau keluar, sambil terus goyang kutanya Tante Cindy.
“Tante.., Aku keluarin dimana Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.
“Terrsseerraah..”, desah Tante Cindy. Ough.., aku percepat gerakanku, Penisku berdenyut
keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh Penisku. Akhirnya semua terasa enteng,
badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya spermaku aku
muntahkan dalam vagina Tante Cindy, masih aku gerakkan badanku rupanya kali ini Tante
Cindy orgasme kembali, dia gigit dadaku.
“Mas Yudha.., Mas Yudha.., hebat Kamu Mas”.

Aku kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Tante Cindy masih tetap telanjang
telentang di atas meja.

“Mas Yudha.., kalau mau beli rokok lagi yah.., jam-jam begini saja ya.., nah kalau sudah
tutup digedor saja.., tidak apa-apa.., malah kalau tidak digedor Tante jadi marah..”, kata
tante menggodaku sambil memainkan puting dan clitorisnya yang masih nampak bengkak.

“Tante ingin Mas Yudha sering bantuin Tante tutup warung”, kata tante sambil tersenyum
genit. Lalu aku pulang.., baru terasa lemas sakali badanku, tapi itu tidak berarti sama
sekali dibandingkan kenikmatan yang baru kudapat. Keesokan harinya ketika aku hendak
berangkat ke kantor, saat di depan warung Tante Cindy, aku di panggil tante.

“Rokoknya sudah habis ya.., ntar malem beli lagi ya..?”, katanya penuh pengharapan,
padahal pembeli sedang banyak-banyaknya, tapi mereka tidak tahu apa maksud perkataan Tante
Cindy tadi, akupun pergi ke kantor dengan sejuta ingatan kejadian kemarin malam.

Jumat, 20 Mei 2016

Tante Nadira





Sungguh sial sekali aku hari itu, aku terjatuh dari motor karena tersrempet seseorang yang tak bertanggung jawab dan langsung meninggalkanku begitu saja. aku pun sejenak terkapar dipinggir jalan karena jalanan saat itu sedang sepi sekali. Aku pun berusaha bangkit dan menepi didepan sebuah ruah besar dengan tertatih-tatih. Setelah aku sampai ditepi jalan aku duduk sambil menyenderkan badanku dipagar rumah besar itu, sambil terus menahan sakit di kaki dan tanganku.

Setelah sekitar 15 menit aku menahan sakit tanpa ada yang menolongku, akhirnya ada sebuah mobil yang berhenti. Turunlah seorang wanita setengah baya kira-kira umurnya 37 tahunan dengan pakaian warna merah yang sangat seksi dengan kemudian mengahampiriku. Ditanyalah aku sama tante-tante itu, kenapa aku disitu dan aku pun menjelaskan kronologinya sambil terus melihat pupu mulus tante-tante itu. Karena saat itu tante menggunakan rok yang minim sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas.
Setelah aku selesai menjelaskan kronologi kejadian yang aku alami, akhirnya tante itu mau menolongku dan mengajakku kedalam, namun sebelumnya tante memasukkan mobilnya kedalam rumah besar yang tadi aku buat sandaran. Tak lama akhirnya tante itu kembali dan membatu membopohku masuk kedalam rumahnya. “Adik duduk aja di sini, biar Tante ambilin obat ya…” kata cewek itu dan segera masuk ke dalam kamarnya yang letaknya di depanku. Perkiraanku cewek ini umurnya sekitar 36, meskipun umurnya ya… cukup tua sih. Tapi cewek ini bodinya oke sekali deh, tingginya sekitar 165 cm susu yang montok berukuran sekitar 36B dan masih terangkat dengan menggunakan kaos yang longgar dan pantat yang besar sekali karena pada waktu itu dia pakai rok pendek sampai lutut dan kelihatan betis yang mulus dengan ditumbuhi rambut halus.
Aku sempat berkhayal untuk memegang pantatnya yang besar sekali, kuremas-remas sambil memasukkan jariku ke lubang kenikmatannya. Setelah beberapa menit dia mencari obat merah di kamarnya, dia memanggil anaknya, “Ven.. Ven…ambilin minum tuh… buat Masnya!” ternyata dia punya anak perempuan yang namanya Venti, umurnya sekitar 18 tahunan. Setelah berhasil menemukan obat merah, lalu menghampiriku.
“Wah… ini lukanya parah sekali Dik…” sambil membuka tutup obat merah.
“Ah.. nggak kok Bu… biasa aja kok,” kataku sambil memperhatikan susunya yang montok tergelantung itu.
“Nama Adik siapa?” tanya Tante itu sambil meneteskan obat merah di lengan atasku.
“Derri Tante, aduh pedih sekali… pelan-pelan Tante…!”
“Maaf ya… Dik Derri, oh ya nama Tante Nadira,” katanya sambil meneteskan ulang obat itu di lengan atasku.

Dan tidak disengaja susu Nadira itu menyenggol sikuku.”Oh… maaf Tante… tidak sengaja,” tanyaku sambil melihat susu Nadira yang memTanteat penisku agak tegang.
Dia hanya tersenyum dan tertawa kecil.

“Lho… Dik Derri yang kena yang mana lagi, kelihatannya celana kamu sobek tuh…” katanya sambil memegang celanaku yang sobek itu.
“Ya… Tante itu di bagian paha atas dan di dada ini,” sambil memTanteka sedikit kaos yang kupakai.
“Yang ini harus diobati loh, entar kalau tidak cepet diobati berbahaya, kaki kamu bisa di luruskan nggak?” kata Tante Nadira.

“Agak linu Tante… karena bagian paha sih…” kataku sambil mencari kesempatan melihat susu.
Pada waktu itu tepat dudukku tidak memungkinkan aku meluruskan kakiku.
“Ya… sudah ke kamar Tante dulu situ berbaring biar kakimu bisa diluruskan,” kata Tante Nadira sambil membantuku berdiri dan berjalan.
“Ya… Tante… tapi…?” tanyaku ragu.
Nanti disangka macam-macam, tapi memang niatku untuk berusaha nge-sex sama Tante Nadira yang montok itu.

“Tapi apa, oh… kamu malu ya… nyantai aja kamu kan teluka dan perlu pengobatan, sudah masuk ayo Tante bantu!” sambil melingkarkan tangan kanan di pundak Tante Nadira aku berjalan.

Dan tidak disengaja waktu berjalan, jari-jariku menyentuh permukaan susu montok Tante Nadira tapi aku tidak merubahnya, malah kugesek-gesekkan dengan pelan-pelan agar tidak ketahuan kalau disengaja, terasa puting susu Tante Nadira yang kenyal menyebabkan penisku tegang. Dan sampailah di tempat tidur Tante Nadira.
“Sudah Dik Derri, mana yang luka lagi?” sambil duduk di sampingku dan membelakangiku sementara aku terlentang, otomatis tanganku menempel di paha mulus Tante Nadira.
“Di dada sini Tante,” kataku sambil memTanteka ke atas kaosku agar kelihatan lukanya.
“Ya… sudah dilepas dulu kaosnya, entar kalau kena obat ini kan jadi merah,” katanya basa-basi.
Aku langsung Tanteka kaosku, dan sekarang aku telanjang dada.

“Nah gini kan bisa leluasa mengobati kamu,” sambil mendekat ke dadaku, dan otomatis aku melihat dengan jelas susu Tante Nadira tergelantung dan ditutupi oleh Bra yang tidak muat menampung besarnya susu Tante Nadira dan tanganku makin kurapatkan ke paha dan sekarang sudah di atas paha mulus Tante Nadira. Dan pada waktu Tante Nadira meneteskan obat, aku terasa pedih dan dengan refleks tanganku terangkat sehingga menyenggol susu Tante Nadira dan rok mini Tante Nadira terangkat ke atas, terlihat paha yang mulus itu.

“Maaf ya.. Tante, Derri tidak sengaja kok,” pintaku sambil menurunkan tanganku ke paha Tante Nadira yang mulus dan putih itu.
“Ya.. tidak apa-apa kok,” sambil meneruskan meneteskan lagi di bagian dadaku yang luka.

Sekarang dia agak ke atas dan membungkukkan dirinya, otomatis susu yang montok itu dekat sekali dengan wajahku itu. Aku tidak tahu ini disengaja atau tidak, tapi Tanteatku disengaja atau tidak tetap saja membuat penisku makin tegang. Lama-lama kok posisi Tante Nadira makin membungkuk dan sampai suatu saat susunya tersentuh dengan mulutku. Wah, terasa kenyal dan empuk, aku tidak diam saja, aku berusaha pelan-pelan menggeser tanganku yang di paha mulus Tante Nadira itu, pelan dan pelan karena aku takut Tante Nadira marah karena ulahku ini.
Dengan nafsu yang kutahan, aku gerak-gerakkan tanganku. Waduh.. paha orang ini mulus sekali, batinku sambil merasakan penis yang menegang kepingin lepas dari sangkarnya celana dalam, dan sampailah aku di pangkal paha Tante Nadira itu dan menyentuh celana dalam Tante Nadira yang kelihatan memakai celana dalam warna hijau kembang dan kepalaku bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menggesek susu Tante Nadira (pelan-pelan), dan sesekali kujilat halus susu montok itu, waktu itu Tante Nadira diam saja dan terus mengobati dadaku yang luka tapi nafas Tante Nadira tidak bisa disemTantenyikan, sering dia menarik nafas panjang untuk menahan nafsunya.

“Sudah nihhh… Semua luka kamu di dada sudah diobati, sekarang mana lagi yang terluka?” sambil melihatku dan membiarkan tanganku di pahanya yang mulus itu.”Itu Tante.. di paha atas,” jawabku sambil menunjukkan tempat yang luka.”Wow… Ya ini harus dbuka Dik Derri, kalau tidak dTanteka dimana Tante bisa mengobati apalagi kamu pakai jeans yang ketat.. ya sudah dicopot aja!” jawab Tante Nadira sambil melihat dengan dekat luka dari luar celanaku dan sesekali lihat penisku yang sudah tegang dari tadi.

“Tante… bisa bantuin copot celanaku, aku tidak bisa copot sendiri Tante, kan tanganku luka,” alasanku agar Tante Nadira bisa lihat penisku dari dekat. Tiba-tiba Venti datang dengan membawa air putih.
“Mah ini airnya..”
“Ya.. sudah sekarang kamu keluar, e.. jangan lupa tutup pintunya, Tante mau obati Mas Derri dulu!”

Wah ini kesempatanku untuk melampiaskan Sex ku. Setelah itu Tante Nadira mulai membuka resleting celanaku dan membuka bagian atas dan aku mengangkat sedikit pinggulku supaya Tante Nadira mudah melepas celanaku. Saat memTanteka celanaku, posisi Tante Nadira membungkuk sehingga mulutnya dekat dengan penisku yang tegang, dan aku sengaja mengangkat pinggul yang lebih tinggi dan tersembullah penisku dan mulut Tante Nadira… “Sorry Tante.. tak sengaja,” mulai saat itu penisku mulai tegang sekali karena cara Tante Nadira membuka celanaku sangat merangsang penisku.

Sambil sedikit menungging dan menggerakkan sedikit pantat yang besar itu, Tante Nadira melepas celana jeans-ku “apa ini usaha Tante Nadira untuk merangsang nafsuku”, dan akhirnya aku sekarang tinggal pakai celana dalam. Dan mulailah Tante Nadira mengobati paha atasku dengan posisi nungging membelakangiku dan sedikit siku tangannya menyentuh penis yang sudah tegang. Sesekali Tante Nadira melihat penisku dan menggesek-gesekkan sikunya di penisku itu. Dengan melihat gelagat Tante Nadira ini yang memberi peluang padaku, aku tidak diam aja. Dengan melihat pantat yang besar menghadap kepadaku, tanganku mulai sedikit meremas-remas dan mengelus betis lalu menuju ke atas paha yang mulus dan akhirnya aku sampai ke paling atas pantat mulus Tante Nadira dan aku nekat mengangkat rok mini Tante Nadira ke atas sehingga sekarang terlihat pantat Tante Nadira yang mulus itu dengan ditutupi celana dalam yang menyelepit di belahan pantat.



Aku mulai mengelus-elus, dan sesekali menarik celana dalam Tante Nadira dan ternyata sudah basah dari tadi.Lalu aku memainkan jariku di permukaan vagina yang tertutup celana dalam itu, Tante Nadira mungkin sudah tahu gelagatku itu sehingga dia merenggangkan kedua pahanya, jadi sekarang terlihat jelas celana dalam Tante Nadira yang basah. Sekarang aku memberanikan diri untuk melihat secara langsung vagina Tante Nadira yang kelihatan sudah tidak sabar untuk dimasuki rudalku yang sudah tegak berdiri. Akumulai menggeser celana dalam Tante Nadira ke kiri dan kelihatan dengan jelas vagina Tante Nadira yang sudah memerah itu. Lalu aku perlahan-lahan menggesek-gesekkan jariku di permukaan vagina Tante Nadira dan dengan reaksi itu nafas Tante Nadira mulai tak beraturan, “Eeehhh… ahhh… ohhh hemmm..” dan sekarang aku memasukkan jari tengahku ke lubang kenikmatan Tante Nadira dengan pasti dan kukocok dan terus kukocok dengan pelan-pelan dan lama-lama semakin cepat dan… “Ah.. oh yes te… rus… please… ah… ohe.. lebih dalam.. Deerr…



” Tante Nadira mulai memTanteang obat merah itu dan sekarang tidak mengobati lukaku lagi malah sekarang dia sudah mulai mengocok dan meremas dengan kuat penisku.

Aku kurang puas dengan posisi ini, aku mulai mengangkat salah satu kaki Tante Nadira ke sampingku dan sekarang posisi 69 yang kudapat, dan vagina Tante Nadira tepat di depan mulutku. Aku mulai menjilat klitorisnya, dan kusedot kecil dan kupermainkan pinggir vagina Tante Nadira dengan lidahku yang indah itu. “Oh.. ya… enak sekali hisapanmu Derr… Oh aughhh ahhh yes… terus!” dan aku mulai memasukkan lidahku ke dalam lubang yang basah itu dan terasa asin tapi gurih.

“Oh… ah… terus… Penis kamu tegang sekali Derri…”
“Ya.. Tante jilat… jilat dong..!”
Tanpa banyak kata Tante Nadira terus melumat habis penisku.
“Oh… ya… ya… terus yang keras lagi…!”

Tante Nadira memang lihai dalam hal oral, tidak satu bagian pun dari penisku yang terlewatkan dari lidah birahi Tante Nadira. Telur penisku terlahap juga dengan mulut binalnya. Tante Nadira tidak puas sampai di situ, sekarang dia mengangkat pantatku lebih tunggi dan kelihatan jelas lubang anusku dan sekarang mempermainkan lidahnya di lubang anusku. Oh, terasa geli bercampur nikmat sampai ujung ramTantet, pada waktu itu juga Tante Nadira tidak kuat menahan nikmat yang dia rasakan, dan aku tahu kalau Tante Nadira mau orgasme yang pertama kalinya, aku mempercepat gerakan lidahku diklitorisnya, dan mempercepat kocokkan jariku di vaginanya dan akhirnya… “Jo… ah ye.. yea.. aku tidak tahan Derr.. a.. ku.. ke.. luaaar…” dan “Serr… serrr..” terasa semprotan kuat dari vagina Tante Nadira kena jariku.

Cairan putih kental yang keluar dari vagina Tante Nadira kusedot habis sampai bersih cairan kenikmatan Tante Nadira terseTantet. Dia sekarang tergeletak lemas di sampingku.

“Tante Nadira masih kuat? Apa cukup saja Tante?” tanyaku disamping memelintir puting susunya yangkuharapkan sex Tante Nadira kembali lagi dan terangsang.
“Ah.. kamu jantan sekali Derr! Aku tidak nyangka kamu kuat sekali, kamu belum keluar?” tanya Tante Nadira sambil mengocok halus kemaluanku yang masih tegang itu.
“Belum Tante! mau lagi atau…”

Belum aku berhenti ngomong Tante Nadira mulai memasukkan penisku ke mulutnya dan dijilat, disedot dan dikocok, sedangkan aku di pinggir tempat tidur dan Tante Nadira di atas tempat tidur dengan posisi nungging, dan aku tetap meremas-remas dan sesekali kupelintir-pelintir puting Tante Nadira itu.

“Aah… terus Tante…! lebih dalam Tante…! yes hemmm Aah… sessttt aahh…”
“Derr… masukin aja ya… aku pingin ngerasain penis kamu ini,”
Lalu aku memutarkan tubuh Tante Nadira dengan posisi nungging dan aku mulai mengarahkan penisku ke lubang Tante Nadira tapi aku tidak langsung memasukkan penisku, kugesek-gesek dulu ke permukaan vagina Tante Nadira.Cerpen Sex

“Ah.. ya… masukkan Derr.. cepet aku tidak tahan nih… oh… ce… pet!”
Aku langsung memasukkan ke lubang Tante Nadira.
“Blesss… sleppp…”
“Ah… ye…” erang Tante Nadira menerima serangan batang kemaluanku.Aku mulai memajukan dan memundurkan penisku dengan pelan tapi pasti dan sekarang aku tambah frekuensi kecepatan kocokanku.
“Ah… ya.. penis kamu.. hebat Derr.. keras, te.. rus.. oh.. ssst… ah…”

Aku semakin terangsang dengan erangan Tante Nadira yang menggeliat-liat seperti cacing kebakar. Aku angkat kaki kanannya untuk mempermudah jelajah penisku untuk sampai ke rahimnya dan makin mempercepat kocokanku.

“Oh ya.. aughhh.. ssttt teruss.. jangan ber.. henti.. ah… ke.. rass.. Derri.. hebat…”
Dan akhirnya,
“Derr… lebih cepet…! aku mau ke.. luar.. aku.. tidak… oh.. ye.. tahan… la.. gi.. ah… oh shhh…”

Dan akhirnya dia menyemprotkan cairan kenikmatannya, “Serr.. serr…” terasa ujung penisku disemprot dengan cairan hangat yang kental. Sekarang Tante Nadira tergulai lemas di hadapanku. Aku memperhatikan tubuh Tante Nadira yang montok dengan susu yang besar, dengan telanjang Tantelat tanpa sehelai benang pun.

Aku tetap mengocok sendiri penisku biar tetap tegang, dan aku mulai tidak kuat, mungkin ini waktunya aku untuk mengakhiri permainan Sex ku.

“Tante… permisi, aku mau mengakhiri tugasku ini…”

Dengan mengangkat tubuh Tante Nadira ke pinggir tempat tidur, dan memTanteka lebar-lebar paha Tante Nadira sehingga terpampang vagina Tante Nadira yang masih basah dengan cairan kenikmatannya, aku mulai memasukkan penis dan mengocoknya.

“Ah.. kau nakal ya.. Derr.. aughhh hemmm.. terus Derr…”

Aku dengan semangat kukocok habis vagina Tante Nadira dengan menggesek-gesek klitorisnya dengan jari jempolku untuk mempercepat dia untuk orgasme ketiga kalinya, dan…
“Tante… aku mau ke… luar.. ah.. ye… di.. mana.. ini… dalam atau di luar… oh ye!” sambil mempercepat kocokan jari dan penisku.

“Ya.. aku juga Derri… uh.. uh.. hemm… sstt.. kita.. barengan di dalam.. oh ye..”

Tante Nadira tidak kuat lagi ngomong kecuali merem-melek tahan nafsu, dan akhirnya aku keluar di dalam vagina Tante Nadira, “Crottt.. crottt…” sampai lima kali semprotan dan dibarengi dengan erangan dan getaran tubuh Tante Nadira, “Oh… yak.. yes… hemmm…” Lalu kucaTantet penisku dan kupukul-pukulkan di permukaan vagina Tante Nadira dengan reaksi Tante Nadira mengangkat tubuhnya akibat vaginanya kupukul dengan penisku.



“Tante Nadira hebat sekali deh, makasih ya Tante…”
“Kamu juga hebat banget Derri.. Tante sampai kualahan menghadapi Penis kamu yang tegap ini. Wah… Penis kamu ini harus dibersihkan dulu ya…”
Dia langsung mengarahkan penisku ke mulutnya dan dilahap langsung dan dikocok-kocok habis.
“Wow… oh… ye.. teruus.. yesss… sseessttt ahh ya…”
Ini memTanteatku tegang lagi, dan Tante Nadira tak henti-hentinya mengocok dan mengulum penisku yang tegang sekali.
“Tante… stop.. augghhhh he… stooop aku.. tak.. tahan..”
Dan…
“Croot… croottt… Croot… croottt… Croot… croottt… Croot… croottt…”

Kukeluarkan spermaku untuk kedua kalinya di wajah Tante Nadira, dan aku tergeletak lemas di atas susu Tante Nadira.

“Nah.. sekarang kan Tante Nadira tidak kalah banget toh.. ya.. dua-tiga lah…!”
“Makasih ya.. Derr… kamu hebat dalam permainan sex, kapan-kapan kita lagi ya.. sudah kamu tidur dulu deh!”

Sabtu, 14 Mei 2016

Aku Janda yang Binal





Jam weker dimeja kamarku berdering pada jam 09.00 pagi, memang aku mensetting pada jam itu, karena tadi sampai terdengar adzan subuh aku masih belum bisa memejamkan mata untuk tidur. Aku menggeliatkan tubuhku terdengar kerotokan pada pinggangku, dengan malas aku bangkit dari tempat tidur… ups.. aku lupa kalo aku tadi tidur dengan tubuh telanjang bulat… kulihat tubuhku dari pantulan cermin besar.. mmm… dalam usia hampir kepala 4, kulihat tubuhku masih bagus dilihat… buah dadaku yang berukuran bra 36 B masih cukup kenyal, pinggangku masih ramping tak berlemak, pinggul dan pantatku kata mas Seno, almarhum suamiku adalah bagian yang terindah dari tubuhku, sangat seksi dan serasi dengan sepasang kakiku yang panjang… wajahku…? kata mas Seno lagi, katanya wajahku lebih pantas dibilang seksi daripada cantik… entahlah penilaian lelaki memang susah dijabarkan oleh perempuan….Sssssshhh… ooohhh… gila, lagi-lagi gairah birahiku meletup dengan tiba-tiba… di depan cermin besar itu aku meremasi buah dada montokku sendiri yang kian mengencang… ammpuuuun… sudah 2 hari 2 malam ini aku sangat menderita karena birahi gila ini… entah berapa belas kali selama 2 hari 2 malam ini aku bermasturbasi…sampe tubuhku benar-benar loyo.





Bahkan pada hari pertama aku sempat melakukan masturbasi di belakang kemudi mobil di tengah keramaian jalan tol, saking ngga ketahan… Semalam, dengan diiringi adegan-adegan syur film bokep koleksi almarhum mas Seno… aku melampiaskan hasrat birahiku secara swalayan, mungkin lebih dari 10 kali sampai pagi menjelang…Maka betapa jengkelku, sekarang belum setengah jam mataku terbuka, gelegak birahi itu meletup lagi… kali ini aku melawan, aku masuk kamar mandi, kuguyur tubuhku dengan shower air dingin… agak menggigil juga tubuhku…. Aku memang wanita berlibido tinggi. Sejak ABG aku sudah kenal masturbasi… menjelang lulus SMU aku mengenal persetubuhan dan berlanjut menjadi doyan disetubuhi… Masa kuliahku adalah masa euphoria sex, karena aku kuliah di Bandung sementara orang tuaku di Jakarta… pada awal masa kuliahku, aku pantas dijuluki Pemburu Seks… beberapa kali aku diusir dari tempat kost yg berbeda, dengan sebab yg hampir sama… yang aku ingat, sore pulang kuliah diantar teman kuliahku, aku lupa namanya… pokoknya keturunan Arab… aku lupa bagaimana awal mulanya, aku bisa nyepong kemaluan Arab ganteng itu di dalam kamarku dalam keadaan pintu ngga terkunci dan Ipah pembantu ibu kost yg nyinyir itu nyelonong masuk kamarku utk menaruh pakaianku yg habis diseterikanya… aku tengah terkagum-kagum dengan volume batang kemaluan Arab ganteng yang lebih besar dari lenganku dan minta ampun panjangnya.


Malam itu juga aku disidang dan harus keluar dari rumah kost itu. Tapi buatku ga ada masalah karena malam itu si Arab ganteng memberikan tumpangan sementara di rumah kontrakannya… tentu saja gairah birahiku yang binal dimanjakan oleh Arab ganteng itu… sepanjang hari… bahkan sampai beberapa hari aku tinggal di rumah kontrakan si Arab ganteng yang berantakan… Kejadian yg lain pernah juga tengah malam, lagi seru-serunya ML sama cowok baruku… tiba-tiba pintu didobrak petugas ronda yg rupanya sudah lama memperhatikan kebiasaanku masukin cowok malam-malam… cowokku dengan tengilnya berhasil kabur… sementara aku lagi-lagi terpaksa harus cari kost baru lagi… Satu lagi yang ga bakal aku lupa, affairku dengan bapak kost, biar sudah tua tapi ganteng dan handsome.. dan yang membuatku bertekuk lutut… mmm… aksi ranjangnya boo’… selalu membuatku bangun kesiangan esoknya… sayang aku menikmati kencan ranjang dengan bapak kost baru tiga kali keburu ketangkap basah sama istrinya… abis siang bolong bapak itu ngajakin naik ranjang… apesnya lagi aku ga akan mampu menolak, kalo tetekku sudah kena diremasinya… baru mau dua kali aku mendapatkan orgasme… eeh…pintu di ketok-ketok dari luar dan terdengar suara ibu kost memanggil namaku… mendengar itu bapak kost yg sedang memainkan batang kemaluannya di liang sanggamaku, jadi gugup dan efeknya justru membuatnya orgasme, untung gak telat nyabut… pejunya berhamburan di atas perutku banyak sekali…. bisa ditebak endingnya… aku harus angkat kaki dari rumah kost saat itu juga…

Nasihat sahabat-sahabatku, banyak merubah perilaku seksualku yang liar… Dengan susah payah aku berhasil menekan hasrat birahiku yang memang luar biasa panas dan aku mengumbarnya… awalnya mana sanggup aku menahan seminggu tanpa aktivitas seksual… bakal uring-uringan dan kepala terasa pecah… Sampai akhirnya aku ketemu dengan mas Seno aktivis mapala kakak kelasku… ngga hanya sosoknya yang jantan… permainan ranjangnyapun luar biasa… permainannya yang agak kasar, mampu membuatku mengerang-erang histeris… Aku ga nyesel, harus married dengan mas Seno karena keburu hamil. Buktinya aku berhasil menyelesaikan kuliah, walaupun sambil mengasuh Astari buah cintaku dengan mas Seno. Status ekonomi kamipun tergolong bagus… Sampai akhirnya 5 tahun yg lalu, kecelakaan mobil di jalan tol merenggut mas Seno dari kami berdua… Selama 5 tahun menjanda, mungkin karena kesibukanku mengurus dan melanjutkan usaha mas Seno yang sedang menanjak pesat dan keberadaan Astari anak tunggalku sudah menginjak usia gadis remaja, aku hanya 2 kali terlibat affair dengan lelaki yg berbeda, itupun juga hanya having fun semata, penyegaran suasana disela-sela kesibukan bisnis… Kehidupan seksualku datar, tanpa gejolak… sesekali aktivitas masturbasi cukup memuaskanku…

Setelah tubuh terasa segar, kukenakan kimono dan keluar kamar…


” Heee… Ron kamu disini..? kok ga sekolah..?” Kudapati Ronie di belakang komputer Astari. Ronie adalah kakak kelas Astari yang hampir setahun ini akrab dengan anak gadisku itu. Anak muda yang sopan dan pandai cerminan produk dari keluarga yang cukup baik dan mapan.

” Iya tante, saya hari ini kebetulan banyak pelajaran kosong jadi bisa pulang lebih awal dan tadi Tari minta tolong saya nungguin tante yg lagi sakit.. kali aja butuh apa-apa” Sahut Ronie sopan, membuatku terharu… Lumayan ngobrol dengan Ronie, penderitaanku agak berkurang…

” Ron, kamu bisa mijit ga..? tolongin pijitin tante dong bentar… leher tante kaku…” pintaku ke Ronie tanpa canggung, karena memang kami sudah akrab sekali, bahkan buatku Ronie kaya anakku sendiri. Ronie duduk menghadap punggungku pijatan demi pijatan kurasakan… tanpa kusadari sentuhan tangan lelaki muda itu terasa nikmat selayaknya sentuhan lelaki yang tengah membangkitkan birahi perempuan… aku mulai mendesah resah… percikan api birahi dengan cepat membakarku tanpa ampun…. sementara tanpa kusadari kimonoku sudah semakin melorot, terdesak tangan Ronie yang kini memijit daerah pinggangku, atas permintaanku sendiri untuk memijit lebih turun…. uuuhh… dadaku terasa sesak.. akibat tete’ku yang semakin mengencang…. aku ingin ada yang meremasinya… Sssshhh.. ooohhh… gilaaa… ngga tahaann… kupegang kedua tangan Ronie, tangan kiriku memegang tangan kirinya dan tangan kananku memegang tangan kanannya kutarik kedepan melingkari tubuhku dan kutangkupkan di buah dadaku…

” Eehh… tante…?” bisik Ronie bingung dari belakang tubuhku

” Ron… tolong remasi tete’ tante…” desisku resah… merasakan sentuhan tangan lelaki pada buah dadaku yg tengah mengencang…. Benar-benar hilang sosok Ronie yg sehari-hari adalah pacar Astari anakku.. yang ada dibenakku saat itu Ronie adalah lelaki muda bertubuh tegap… Ooouuh… Ronie mulai meremasi kemontokan buah dadaku…

” Yaaaaahh.. hhh…hhh… enaaaak Ronn.. ulangi lagi sayaaang.. oooohhh….” tubuhku menggeliat resah… kugapai kepala Ronie dan kutarik ke arah tengkukku yang terbuka karena rambutku kusanggul keatas… Ronie tak menolak dan melakukan permintaanku untuk menciumi tengkukku..

” Ciumi leher tante… hhhmmm..sssshhh.. yaaahh.. kecupin sayaaang.. aaaaccchh… sssshhh..” bisikan dan desah mesraku menuntun Ronie melakukan apa yg kuminta…Aku makin gemas, tubuhku gemetaran hebat… baju kimonoku tinggal menutupi tubuh bawahku karena tali pinggangnya masih terikat. Kubalikkan tubuhku, sejenak kupandangi wajah ganteng Ronie yang matanya terbelalak liar menatap nanar tubuh bagian depanku dengan mimik ngga karuan. Kulingkarkan kedua lenganku di lehernya dan dengan penuh gairah kusosot bibir manisnya… anak muda ini gelagapan menghadapi liarnya bibirku yang mengulum bibirnya dan nakalnya lidahku yang menggeliat menerobos masuk rongga mulutnya… Tapi insting lelakinya segera mengantisipasi, segera dapat mengatasi seranganku.

Baju seragam Ronie dengan cepat kulolosi dan… ooohh… dada yg gempal dan bidang dari salah satu tim inti basket di sekolahnya ini membuat gairahku semakin binal… Kudorong tubuh Ronie untuk rebah disofa… nafas jantannya mulai tak beraturan.. Mmm… pejantan muda ini mulai mengerang-erang dan tubuhnya menggelepar, tatkala bibir dan lidahku menjelajahi permukaan kulit dadanya, bungkahan dada jantannya kuremas dengan gemas.. Aksi bibir dan lidahku terus melata sampai ke pusarnya… Sssshhh… celananya tampak menggembung besar.. entah ada apa dibaliknya..? jantungku berdegup semakin kencang melihatnya… dan mataku terbelalak dibuatnya, sampai aku harus menahan nafas, ketika retsluiting celana abu-abu itu terbuka… kepala kemaluan jantan menyembul keluar dari batas celana dalamnya…. aku dengan tergopoh-gopoh karena tak sabar melorotin celana seragam sekalian dengan celana dalam putihnya sampai ke lutut Ronie… Ooooohhh my God..! teriakku dalam hati… menyaksikan batang kemaluan Ronie yang mengacung di antara pahanya… begitu macho, begitu gagah, begitu indah bentuknya… dengan kepala kemaluannya yang besar tampak mengkilat…

Tanganku terasa gemetaran ketika hendak menyentuh nya… Kembali tubuh Ronie menggerinjal kecil ketika tanganku bergerak mengocok batang kemaluannya… aku makin binal, kudekatkan wajahku untuk mengulum kepala kemaluan yang menggemaskan itu, sambil tetap tanganku bergerak mengocok batang kemaluannya… mendadak tubuh tegap itu meregang hebat diiringi erangan keras… dan bibirku yang setengah terbuka dan tinggal beberapa sentimeter dari kepala kemaluan itu merasakan semburan cairan hangat dengan menyebarkan aroma khas yg sangat kukenal dan kurindukan… apalagi kalo bukan peju lelaki… tanganku refleks mengocok batang kemaluan Ronie makin cepat sambil tanganku yang lain mengurut lembut kantung pelirnya…

Sementara kubiarkan peju yang sangat kental itu menyembur wajahku…. sesekali kusambut dengan lidahku… mmmm… rasa khas itu kembali dikecap oleh lidahku…Terus terang aku sempat kecewa, dengan bobolnya peju Ronie….Tapi beberapa saat batang kemaluan yang masih dalam genggamanku, kurasakan tak menyusut sedikitpun masih tetap keras… tanpa buang waktu, aku merangkak diatas tubuh Ronie yang menggelosoh di sofa… dengan posisi tubuhku jongkok mengangkangi tubuh Ronie, di atas kemaluan Ronie… kutuntun batang kemaluan perkasa yang masih belepotan peju itu kearah liang sanggamaku yang sudah basah kuyub dari tadi… wooohh… ternyata kepala kemaluan itu terlalu besar untuk masuk ke liang sanggamaku… Akhirnya dengan sedikit menahan perih, akibat otot liang sanggama yang dipaksa membuka lebih lebar.. kujejalkan dengan sedikit memaksa ke liang sanggamaku yang sudah tak sabar untuk segera melahap mangsanya….

” Iiiiihhh… bantu dorong sayang…. Oooooowwwwww…” Aku merengek panjang ketika sedikit demi sedikit amblas juga batang kemaluan Ronie menembus liang sanggamaku.. diiring rasa perih yang menggemaskan…

” Sssshhh… mmmhh… ayun pinggulmu keatas sayaaang..” kembali aku menuntun pejantan muda ini untuk memulai persetubuhan…

” Aaaww… aahh… ooww.. pelahan duluuu sayaaang… burung kamu gede banget… perih tauuk..” aku ngedumel manja… ketika Ronie mengayun pinggulnya kuat sekali… Terasa tubuhku bagaikan baterai yang baru dicharge… aliran energi aneh itu mengalir menyebar ke seluruh tubuhku… membuat aku semakin binal memainkan goyangan pinggulku… sementara Ronie ternyata cukup cerdas menyerap pelajaran, bahkan mampu segera mengembangkan… dengan posisi tubuhku diatas, membuatku sangat cepat mencapai orgasme… entahlah atau karena besarnya batang kemaluan Ronie yang menyungkal rapat liang sanggamaku, sehingga seluruh syaraf dinding liang sanggamaku rata dibesutnya… Luar biasa..! dalam waktu kurang dari lima menit setelah orgasmeku yg pertama, kembali aku tak dapat menahan jeritku mengantar rasa nikmatnya orgasme yang kedua… dan… hhwwwoooo…. aaaammmpppuuunnn..!!!! Rupanya Ronie tak mampu menahan lebih lama bobolnya tanggul pejunya… tubuhku dihentak-hentaknya kuat sekali… seakan ingin memasukkan seluruh batang kemaluan sepeler-pelernya ke liang sanggamaku… diiringi erangan mirip suara binatang buas sekarat…

Aku menangis menyesal setelahnya, berkali-kali Ronie memohon maaf atas kejadian yang terjadi siang itu…Tapi anehnya gairah seksualku yang meletup-letup tak terbendung itu, mereda setelah kejadian siang itu… Aktivitas berjalan normal kembali, tapi sudah hampir seminggu ini, aku tak pernah melihat Ronie datang ke rumah.

” Dia lagi sibuk Ma… dapat tugas antar jemput saudara sepupunya yang masih SD…” Jawab Astari ketika aku menanyakan tentang Ronie yang tak pernah muncul… Terus terang saja, sejak kejadian itu… pikiranku sangat kacau, disisi aku sebagai Mama Astari aku sangat menyesal dan sedih atas kejadian itu, tapi disisi aku sebagai seorang wanita yang masih punya hasrat dan naluri betina yang utuh… aku tak ingin melupakan kejadian itu… bahkan aku berharap kejadian itu terulang lagi….

Hampir sebulan lamanya Ronie tak muncul ke rumah, akupun maklum, Ronie sebagai remaja hijau, tentu mengalami shock dengan kejadian itu… disitulah muncul rasa berdosaku kepada Ronie dan Astari anakku… Tapi jujur sejujurnya ada terselip rasa rinduku memandang wajah anak muda itu… Aku sering mengintip dari balik gordiyn jendela, saat Astari turun dari boncengan Ronnie… kenapa hatiku berdebar-debar dan sedikit desiran birahiku menggelegak…

Pikiranku makin kacau… setelah beberapa kali kulihat Ronnie mulai nongkrong lagi dirumah… kulihat Ronnie masih salah tingkah di depanku, walaupun aku sdh berusaha menetralisirnya.. iiihhh tapi buat aku… otakku jadi ngeres begitu melihat wajah Ronnie yg innocent… betapa tidak… terbayanglah ekspresi wajahnya ketika tengah menyetubuhiku beberapa waktu yang lalu… ekspresi wajahnya yang begitu sensual dimataku pada saat dia melepas semburan spermanya… suara erangan dan nafas birahinya seakan nempel ditelingaku… maka kekacauan inilah yang mendorongku menerima tawaran Adrian seorang rekan bisnisku untuk makan siang di sebuah hotel berbintang dan setelahnya akupun tak menolak ketika ia mengajakku memasuki sebuah president suite di hotel itu, dengan alasan untuk mencari ketenangan membicarakan pekerjaan… walaupun yang terjadi kemudian adalah rayuan-rayuan mautnya yang kusambut positif… dari remasan tangan… kecupan bibir… jilatan lidahnya yang nakal pada leherku… desah resahku… remasan gemasku… dan… lolosnya pakaian kami satu persatu… payudaraku yang mengencang akibat remasan tangan dan cumbuan bibirnya… hhmmm… jilatannya pada clitorisku… batang kemaluannya yang berbentuk indah, perkasa… memaksa bibirku untuk mengulumnya… ooowww… nikmat hentakan tubuhnya menekan tubuhku… sodokan kejantanannya pada liang sanggamaku mengantarkan kenikmatan orgasmeku dua kali berturut-turut… 2 jam kami melewatkan waktu untuk making love siang itu, kekaguman Adrian atas permainan ranjangku yang begitu hot dan lihay… beberapa kali aku berkencan ranjang dengan Adrian lelaki tinggi besar berstyle dandy… kepuasan sex kuraih dengan sempurna dengan kelihayannya dia memperlakukan perempuan di atas ranjang… tapi bayangan sensual wajah bocah innocent bernama Ronnie itu tak juga sirna…

Sampai pada suatu malam hujan turun dengan deras… rupanya malam itu Ronnie sedang dirumah, berbincang dengan Astari di ruang tamu… sedangkan aku nonton TV diruang belakang…

” Ma, mas Ronnie mo pulang tuh…” terdengar suara Astari dari belakangku…

” Eh… pulang..? hujannya gede banget, tunggu reda aja.. jauh lagi rumah Ronnie..” jawabku spontan sambil bangkit dari dudukku berjalan ke ruang depan… kulihat jam memang sudah terlalu malam untuk bertamu…

” Ronn… ujan begini lebat, udah malem lagi… ntar ada apa-apa di jalan… sudah deh Mama kasih kamu nginep disini, tidur di kamar atas, besok subuh Mama bangunin kamu…” ujarku, terdorong rasa sebagai orang tua yg khawatir kepada anaknya… Ronnie menunduk salah tingkah ga berani menolak..

” Tapi Ronnie harus telpon rumah dulu tante…” sahutnya pelan… dan akhirnya justru aku yang menelpon kerumah Ronnie memintakan ijin orang tua Ronnie, yang ternyata menyambut baik…

Malam semakin larut, sementara hujan semakin hebat diserta guntur dan kilatan petir… Aku tergolek di ranjang, tak dapat memicingkan mata… Siang tadi kembali Aku melewati kencan ranjang dengan Adrian…. tapi… entah kenapa kali ini… susah sekali aku mencapai orgasme… sampai 2 kali Adrian menumpahkan spermanya… sedangkan aku tak sekalipun.. Gilaaa… kenapa justru sekarang wajah bocah itu yang terbayang-bayang di malam dingin ini… iiihhh… birahiku meletup- letup gila… ampuuunn… sekarang bocah itu ada dilantai atas… tunggu apa lagi..??? mmmm… bisikan setan.. aku tak mampu menahan tubuhku yang berjalan manapaki tangga… dan kini aku di depan pintu kamarnya… tanpa mengetuk kubuka pintu… ternyata Ronniepun masih belum tidur…

” Ronnie kamu belum tidur..?” tanyaku gagap… kenapa aku jadi salah tingkah sekarang…?

” Tante juga belum tidur…?” sahutnya… iiihh… jawabannya begitu tegas… aahh… siapa yg menuntunku duduk diranjangnya… mmm… darahku berdesir ketika tahu mata Ronnie menatap dada montokku yg memang tak mengenakan bra, sehingga puting susuku tercetak menonjol dibalik gaun tidurku yg memang berbahan tipis, sehingga semburat kecoklatan aura puting susukupun nampak jelas, kembali aku kehilangan kontrol… dan entahlah bagaimana awalnya dan siapa yang mengawali…. bibirku sudah dalam lumatan bibir Ronnie… sergapan nafsu birahiku tak dapat kuelakkan dan remasan lembut tangan lelaki muda pada buah dadaku melambungkan gairah seksualku… gelitikan lidah nakalnya pada puting susuku membuat tubuhku menggeliat erotis disertai erangan manjaku… satu demi satu pakaian beterbangan meninggalkan tubuh kami… aku begitu hot dan bergairah mencumbui tubuh pacar anakku itu… tapi aku sudah melupakan siapa Ronnie, yang aku tahu Ronnie adalah lelaki muda yang siap memenuhi kebutuhanku ooowww… aku tak menyangka kali ini Ronnie lebih lihay dan lebih berinisiatip melakukan serangan, sampai aku hampir tak percaya ketika Ronnie menyurukkan wajahnya di selangkanganku dan mencumbui bibir kemaluanku…

” Ronnn…. sssshhh…. kamu piiiinteer sekarangg… ooohh.. ammpuunn nikmaaaatnyaa…” desahku merasakan nikmat cumbuan lidahnya pada clitorisku, membuat Ronnie tambah semangat… Ketika permainan yang sesungguhnya berjalan… sebagai wanita dewasa yang telah berpengalaman menghadapi gairah lelaki… aku dibuat megap-megap menghadapi serangan pejantan muda ini… hajaran batang kemaluannya yang perkasa pada liang sanggamaku tak kenal ampun… membuat aku mengerang merintih bahkan menjerit setengah histeris… untung suara hujan yang lebat di timpa suara guruh meredam suaraku…. luluh lantak tubuhku dihajar aksi ganas Ronnie… tapi buatku adalah sebuah sensasi seksual yg sangat luar biasa.. yang mengantarku meraih dua kali kenikmatan orgasme…. tubuh telanjang kami terkapar lunglai di ranjang yang kusut spreinya, tak ada sesal kali ini…

“Ronnie jujur sama Tante… setelah waktu itu kamu maen sama perempuan mana…?” tanyaku datar dg nada dingin.

” Aaah… nggak, sekali-sekalinya cuma sama Tante Arsanti..” jawab Ronnie agak gugup menyebut namaku..

” ga mungkin, kamu mendadak bisa begitu canggih mencumbu Tante…?” desakku… dan akhirnya Ronnie menceritakan pengalaman setelah pengalaman seksualnya yang pertama, Ronnie banyak nonton blue film dan otak cerdasnya banyak menyerap gaya dan cara bercinta dari film-film biru yang ditontonnya…

“Mmmmm… kaciaaan… kamu tentunya kangen mencumbu Tante ya sayaang…?” bisikku sambil kudaratkan kecupanku ke bibirnya, tubuhku bergerak menindih tubuh atletis Ronnie, tubuhku direngkuh dan tubuh kami menempel ketat… kuajarkan permainan lembut… mmmm… anak pintar ini dengan cepat menguasai permainan baru yg kuajarkan… dengan telaten setiap inchi tubuhku dirambahnya dengan remasan, gerayangan tangannya yang nakal… jilatan dan kecupannya merambah setiap bagian tubuhku yang sensitif… tubuhku menggeliat erotis… kadang menggelepar liar… rintihanku mulai terdengar… tak dapat kutahan desah gelisahku… diselingi jeritan gemas…

” Ayo sayaang…hh..hhh… Tante udah ga tahan…” bisikku lembut, setelah aku nggak tahan lagi merasakan kuluman dan jilatan Ronnie pada clitorisku…

” Aoooouuuhhh… Roooonnn….hhh…hhhh…” suaraku terdengar bergetar memelas… mataku meredup sayu menatap wajah imut Ronnie, manakala liang sanggamaku untuk kesekian kalinya ditembus batang kemaluan bongsor milik Ronnie, namun kali ini Ronnie menekan pelan sekali, sehingga terjadi gesekan nikmaaaaat yang lama sekali… sehingga kedua kakiku yang melingkari pinggangnya seakan mengejang, tak tahan menahan kenikmatan yang luar biasa…

“Enaaak Tante..?” bisiknya lembut sambil tersenyum manis, ketika liang sanggamaku sudah tak ada tempat lagi bagi batang kemaluannya… iiih… menggemaskan bibirnya… aku menjawab dengan mengangkat alis… bibirku kembali menyambar bibir yang menggemaskan itu… ciuman dan kuluman panjang dimulai, dorongan gelegak birahi kami memang luarbiasa, permainan semakin panas dan semakin liar, ekspresi kami total menyembur tanpa kendali…kembali tubuhku dihentak-hentak oleh tenaga perkasa Ronnie dengan garangnya… jeritan dan rintihanku silih berganti ditimpa dengus nafas birahi ronnie yang mengeros buas…

“Aaaahhhkkk…. Roonnnie ssaayaang…. aammppuuunn…ooowww… ssshhh… niiikmaaat banggeet ssiih…???” rengekku dengan suara memelas, namun tarian pinggulku dengan gemulai masih dengan sengit mengcounter rajaman batang kemaluan Ronnie di liang sanggamaku sehingga terdengar bunyi berceprotan di selangkanganku… gillaaa.. susah untuk kuceritakan sensasi malam itu…

“Tante…hhh…hh.. Ronnie ampiir… sssshhh..” desis ronnie dengan suara bergetar… matanya garang menatapku… iiihhh mengerikan, tapi aku sngat menyukai ekspresi ini

” Ayoooo sayaanggg…. semburkan bareng Tante… ooouuuuhhhh….!!” Ya ammppuuun… mengerikan sekali… tubuhku terguncang-guncang hebat, akibat hentakan tubuh Ronnie menghajar liang sanggamaku pada detik puncak… mulutku menganga lebar tanpa suara, tanganku mencengkeram erat pinggiran ranjang…. dan entah apa yang terjadi, karena pada saat itu orgasmekupun meletus dahsyat…

Entah berapa lama suasana hening, hanya suara nafas kami terengah-engah yg terdengar…. hujan di luar rupanya sudah berhenti juga….

” Tante… boleh Ronnie pulang sekarang, hujan kayanya sudah berhenti…” suara Ronnie memecah keheningan…

” Hmmm… sebenernya Tante masih pingin meluk kamu, pingin cumbuin kamu sayaaang… ini ditinggal buat Tante aja yah..?” sambil kuremas batang kemaluan yg masih sembab…

“Titit kamu buat Tante aja ya sayaang… jangan buat orang lain… apalagi buat Astari… awas Tante bisa marah besar..” sambungku dengan nada serius… Ronniepun mengangguk tegas. Kuantar Ronnie ke garasi tempat motornya diparkir, kubiarkan tubuhku bugil, telanjang bulat…. Gila… digarasi masih sempat kulakukan oral sex… kutelan habis peju segar yg menyembur di dalam mulutku…. Capek yang luar biasa kurasakan setelahnya, badan rasanya lengket-lengket dan bau gak jelas…